LAMONGAN - Pesantren spiritual Dzikrussyifa' Asma' Berojomusti berbeda dengan pondok pesantren (ponpes) kebayakan. Kendati begitu, pesantren tersebut dikenal hingga luar negeri, seperti Australia. Bahkan, kerap menjadi jujugan para orang-orang Jakarta, termasuk di antaranya para menteri.
Disebut lain dengan ponpes kebanyakan, karena bangunan dan mata pelajaran yang disampaikan para pengasuh. Pesantren itu menempati lahan berukuran 60 meter kali 70 meter di Sekanor, Sendang Agung, Kecamatan Paciran, Lamongan. Meski berada di tepi jalan, namun lokasinya jauh dari pemukiman. Jarak terdekat sekitar 400 meter.
Pesantren itu dikelilingi lahan persawahan. Sisi kanan terdapat antena base transceiver system (BTS) milik salah satu seluler. Sedangkan sisi kiri maupun belakang lahan persawahaan yang sudah terlihat tandus, karena musin kemarau mencapai puncak.
Pesantren juga nyeleneh untuk ukuran zaman modern. Kendati bertingkat, rata-rata bangunannya tidak permanen, terbuat dari gedek (anyaman bambu, red). Dalam pesantren tersebut terdiri beberapa bangunan. Di antaranya bangunan utama, tepatnya di pintu gerbang, tempat tinggal pengasuh. Kemudian ada musala yang ukurannya 2,5 meter kali 3 meter.
Di belakang sedikit ada ruang isolasi dan dan tempat tinggal para santri yang berbentuk panggung. Sisi Selatan terdapat beberapa bangunan gedek; ada yang menyerupai kandang ayam, kandang bebek dan kandang sapi maupun binatang lain.
Kenaehan lainnya, di pintu gerbang yang menghadap ke Barat terdapat bongkahan kayu stigi yang didatangkan dari Irian Barat. Kayu tersebut tertulis berbagai macam ?~asma'. Masuk lagi, tepatnya di bawah tempat tinggal pengasuh terdapat suatu bongkahan dibungkus kain kafan hingga menyerupai mayat tergantung. Hal itu juga ditemui di pintu masuk musala.
Keanehan dan berbedanya dengan pondok pesantren kebanyakan, karena pesantren tersebut diperuntuhkan bagi kalangan yang berbeda. KM Muzakkin, pengasuh pesantren tersebut menyatakan, bila pesantren itu diperuntukkan bagi kesembuhan para pencandu narkoba dan para penderita sakit jiwa.
"Pesantren di Sekanor yang saya dirikan inilah tempat rehabilitasi dan juga memberikan kesempatan bagi para preman, anak jalanan, hingga pecandu narkoba untuk sembuh," ujar KM Muzakkin, pengasuh pondok tersebut.
Sejak didirikan 2006 lalu, pesanteren tersebut sempat menampung santri dari kalangan pecandu narkoba maupun orang yang sakit jiwa hingga puluhan orang. Pasiennya juga tidak tanggung-tanggung, mulai dari gembong narkoba kelas kakap yang punya jaringan antar negara hingga kelas teri, yang hanya seorang pengguna di tingkat kampung atau desa.
"Ada banyak gembong narkoba kelas kakap yang datang. Namun, demi menjaga ketenangan para pasien saya tidak bisa menyebutkan identitasnya," aku KM Muzakkin yang juga menjadi Ketua Lamongan Corruption Watch dan juga Jawa Timur Corruption Watch itu.
Bukan hanya pasien pecandu narkoba alias junkies yang tak terhitung jumlahnya maupun tingkatannya, pasien sakit jiwa juga cukup banyak. Penderita sakit jiwa yang rata-rata datang ke Pesantren Spiritual Dzikrussyifa' Asma' Berojomusti Lamongan juga kalangan yang terkenal. Mulai dari seorang anak orang kaya dan terkenal asal Jakarta yang sempat sekolah di Mesir hingga keluarga dari Emma Wilson yang pernah menjadi sekretrais Keduataan Australia di Jakarta.
Untuk pecandu narkoba tidak ada perbedaan. Hampir semua pecandu mulai dari tingkat berat hingga ringan sepulang dari Pesantren Spiritual Dzikrussyifa' Asma' Berojomusti langsung sembuh. Berbeda dengan orang sakit jiwa. KM Muzakkin menjamin mampu menata kembali jiwa orang yang sakit karena guna-guna atau karena pengaruh makhluk gaib. Sedangkan untuk sakit jiwa karena disebab organ tubuh, KM Muzakkin angkat tangan.
Lama dan cepatnya proses penyembuhan juga tergantung kadarnya. Bagi para pecandu narkoba yang berat, cukup dibutuhkan waktu kurang lebih satu pekan. Biasanya, para pecandu datang langsung dimasukkan ke ruang isolasi. Kemudian dilakukan terapi untuk mengeluarkan darah-darah yang sudah terkontaminasi dengan obat haram tersebut.
"Bila darah yang sudah terpengaruh obat sudah keluar, maka dijamin cepat sembuhnya," kata KM Muzakkin.
Proses yang sama juga dilakukan untuk penderita penyakit jiwa. Saat masuk ke pesantren, penderita langsung dimasukkan ruang isolasi yang biasanya sampai sehari semalam. Bahkan, kalau berat pengaruh makhluk gaibnya pasien diikat dengan rantai yang disiapkan. Ikatan rantai tersebut bukan kepada fisik si penderita, namun diperuntukkan bagi makhluk gaib.
Dari situ kemudian, KM Muzakkin melakukan pendekatan kepada para makhluk gaib yang menyertai si pasien. Bagi makhluk gaib yang bandel maka diperlukan waktu yang cukup lama, namun bagi yang jinak cukup singkat waktu yang diperlukan.
"Makhluk gaib atau jin itu kan seperti manusia. Ada yang nakal dan bandel ada yang gak. Nah, dari situ saya melakukan pendekatan supaya tidak lagi mengganggu atau keluar dari tubuh pasien. Ada yang hanya diminta langsung keluar, ada yang merayu," kata pria kelahiran Paciran yang juga masih keturunan Joko Tingkir tersebut.
Fery Indra Bahwawan, seorang mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya yang sempat merasakan pengobatan spiritual yang dilakukan KM Muzakkin, karena sempat goyah akibat gagal berpacaran dan juga diperparah gagalnya masuk CPNS. Ferry sempat galau hingga psikisnya terpengaruh. Namun, dengan ketelatenan KM Muzakkin, Ferry akhirnya sembuh. Bahkan, dia sempat punya niat tinggal di pesantren tersebut.
Bukan hanya Ferry yang sempat merasakan ketelatenan KM Muzakkin,namun puluhan bahkan ratusan orang sakit jiwa maupun pecandu narkoba sudah disembuhkan. Di antaranya mereka datang dari Jawa, Sumatera, Kalimantan dan bahkan dari Sulawesi.
Bagi KM Muzakkin apa yang dilakukan bukan karena mencari sensasi, namun bapak dari dua putra tersebut memahami bahwa untuk berdakwah itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antarnya dengan berdakwa menyebuhkan para pecandu narkoba maupun para penderita sakit jiwa.
Sampai-sampai dia mengibaratkan bila pergi ke Surabaya bukan hanya melalui Lamongan-Gresik di jalur tengah. Namun, hal itu bisa menempuh jalur Jombang-Mojokerto. "Jadi bagi saya dakwah itu banyak caranya," tegas dia. (fit)
Senin, 7 September 2009 - 10:49 wib|Ashadi Iksan - Koran SI